Rabu, 09 Oktober 2013

GUGUS KARBONIL ALDEHID DAN KETON



Lembaran pengesahan




GUGUS KARBONIL ALDEHID DAN KETON


Oleh :
KELOMPOK  X





Darussalam, Desember 2011
Asisten,

                                                                                                (                       )

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul gugus karbonil aldehid dan keton yang bertujuan menentukan sifat-sifat gugus karbonil dari senyawa- senyawa golongan aldehid dan keton. Perinsip kerja pada percobaan ini yaitu  mengidentifikasi sifat-sifat reduksi dan oksidasi aldehid dan keton menggunakan pereaksi tollens dan fehling. Dari data pengamatan yang telah dilakukan formaldehid direduksi dengan pereaksi tollens membentuk endapan perak, sedangkan aseton direduksi dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak, formaldehid direduksi dengan pereaksi fehling menghasilkan endapan coklat keemasan, sedangakan aseton direduksi dengan pereaksi fehling menghasilkan 2 lapisan warna yaitu bening dan biru. Dari percobaan yang terlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa formaldehid memiliki kemampuan mereduksi pereaksi tollens dan fehling lebih tinggi dibandingkan aseton.










BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar belakang
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil      C=O. Jika kedua  gugus yang  menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Aldehid atau alkanal merupakan turunan dari alkana yang mana satu atom H digantikan oleh  -COOH. Senyawa ini mempunyai beberapa sifat diantaranya sifat oksidator atau yang mampu mereduksi beberapa pereaksi, diantaranya adalah pereaksi tollens, yang dibuat dari perak niterat dan amoniak. Aldehid juga dapat mereduksi pereaksi fehling, yang dibuat dari larutan CuSO4 dan K.Na tartarat yang ditambah larutan KOH atau NaOH. Aldehid tersebut dioksidasi menjadi ion karboksilat, sementara ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Dan uji positif  pereaksi fehling ditandai dengan terbentuknya eendapan berwarna merah bata.

1.2     Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan sifat-sifat gugus karbonil dari senyawa-senyawa golongan aldehid dan keton.




BAB II
DASAR TEORI
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil     C=O. Jika kedua  gugus yang  menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol menghasilkan aldehid (oksidasi lanjitnya menghasilkan asam karboksilat). Formaldehida, suatu gas tak berwaarna, mudah larut dalam air. Larutan 40% didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah  pelarut  yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton adalah  melalui dehidrasi isopropyl alcohol dengan bantuan katalis tembaga (Suminar, 1993).

 Cara menamai aldehid dan keton sama dengan menamai alcohol. Dalam system IUPAC, sekali lagi mana diturunkan dari hidrokarbon dalam tantar karbon terpanjang yang mengandung gugus aldehid. Akhiran nama hidrokarbon itu diubah dari –a menjadi –al (aldehid). Untuk keton nama hidrokarbon , induknya diubah menjadi –on (keton). Rantai karbon dinomori sedmikian rupa sehingga gugus karbonil terdapat nomor terendah. Gugus karbonil bersifat polar, karena atom oksigen lebih elektronigatif ketimbang atom karbon (Suminar, 1992).

Aldehid  dan keton yang dilarutkan dalam air  dapat membentuk hidrat (yang disebut gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun tetapan keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh asam atau basa. Katalis basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam melibatkan ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen-karbonil sehingga mengakibatkan gugus karbonil itu menjadi elektrofil yang lebih reaktif (Tobing, 1989).




         











BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi beserta raknya, pembakar gas atau lampu spritus, erlenmayer, gelas kimia, erlenmayer penyaring, corong, tutup gabus dan perangkat percobaan titik lebur.
Bahan yang digunakan yaitu formaldehid, asetaldehid, benzalpeknol, Larutan NaCl, Na2CO3 10%, HCl encer, NaHSO3, aseton, semikarbazida, Na.asetat, furfural sikloheksana, fenil hidrozin, asam asetat glasial dan carbon, pereaksi fehllip, pereaksi tollens.
3.2 Konstanta Fisik
Bahan
BM (gram/mol)
Td
(0C)
Tl
(0C)
Tinjauan Keamanan
formaldehid
30,8

-19,5
iritasi
asetaldehid
44,65
-123
21
Mudah terbakar
Larutan NaCl
58,59
80,4
141,3
racun
Na2CO3
2,53
815
-
Iritasi mata dan kulit
HCl
45,95
3,84
21,34
Iritasi
aseton
58
-94
56,5
Mudah terbakar

3.3 Cara Kerja
1. Reduksi Tollens
            Formaldehid (2 ml) ditambahkan dengan 1 ml pereaksi tollens dan dipanaskan. Diamati warna pada dinding tabung reaksi bagian bawahnya. Diulangi cara kerja tersebut dengan menggantikan formaldehid dengan aseton.
2. Reduksi Fehling
            Cara nomor 1 diulang dengan menggantikan pereaksi tollens dengan pereaksi fehling.
3. Reaksi NaHSO3
            Dalam erlenmayer 125ml dimasukan 10ml larutan Na.bisulfit jenuh dan ditambahkan perlahan-lahan larutan 5ml benzaldehid. Dikocok larutan dan setelah beberapa menit ditambahkan 50ml etanol, dikocok, lalu dimasukan erlenmayer tersebut ke dalam campuran NaCl dan es. Dikumpulkan kristal yang terjadi dengan saringan pemisah, dicuci dengan etanol dan kemudian dicuci dengan eter, kemudian dibiarkan kering. Diambil sedikit kristal lalu ditambahkan 5ml natrium karbonat 10 % dan dipanaskan, catat baunya. Diulangi cara kerja dengan 5ml HCl encer, diuji baunya.
4. Semibarbazon
            Dalam tabung reaksi larutan 1 gram semikarbazida dan 1,5 gram Na.asetat dalam 10ml air. Ditambahkan 1ml benzaldehid, ditutup tabung dengan gabus, dikocok baik-baik. Dibiarkan campuran dengan sekali dikocok. Kalau perlu didinginkan dengan penangas es agar kristal cepat terjadi. Disaringlah kristal, dicuci dengan air dingin sedikit, lalu dikeringkan dengan udara. Ditentukan titik leburnya. Diulangi percobaan dengan aseton.






BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1       Data Hasil Pengamatan
No
Reaksi
Pengamatan
1
Reduksi tollens
a.     Formaldehid + pereaksi tolens

b.     Aseton + pereaksi

Warna larutan menjadi dan terdapat endapan perak

Warna pada dinding tabung menjadi perak, seperti cermin perak.

2
Reduksi fehling
a.     Formaldehid + pereaksi fehling



b.     Aseton + pereaksi fehling

Terbentuk endapan coklat keemasan dan warna endapan merah bata.

Tetap terbentuk 2 warna, bening diatas dan biru dibagian bawah

4.2       Pembahasan
            Oksidasi merupakn proses pelepasan elektron dan reduksi merupakan prosese penerimaan electron. Pada percobaan ini, pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi tollens dan pereaksi fehling. Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak. Sedangkan Larutan Fehling merupakan larutan yang mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.
            Pada uji reduksi tollens, aldehid (formaldehid) dengan pereaksi tollens menghasilkan endapan perak  (bongkahan) dengan larutan berwarna bening. Sedankan keton (aseton) dengan pereaksi tollens menghasilkan terbentuknya endapan perak berwarna abu-abu yang melekat pada dinding bagian dalam tabung (cermin perak). Menandakan bahwa kemampuan aldehid (formaldehid) mereduksi lebih besar dibandingkan dengan keton (aseton).
Pada uji reduksi fehling, aldehid  (formaldehid) dengan pereaksi fehling dan dipanaskan menghasilkan endpan berwarna coklat keemasan dengan larutan berwarna merah bata, sedangkan keton (aseton) dengan pereaksi fehling dan  dipanaskan menghasilkan 2 lapisan warna yaitu biru dan bening. Hal ini menandakan bahwasannya kemampuan aldehid (formaldehid)mereduksi lebih besar dibandingkan kemanpuan keton (aseton) mereduksi.











BAB V
KESIMPULAN
     Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1.                  Formaldehid direduksi dengan pereaksi tollens menghasilkan endapan  (bongkahan) perak, sedangkan aseton direduksi dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak.
2.                  Formaldehid direduksi dengan pereaksi fehling menghasilkan  endapan berwarna coklat keemasan, sedangkan aseton tetap membentuk 2 lapisan bening dan biru
3.                  Kemampuan mereduksi aseton lebih kecil dibandingkan formaldehid.













DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar, 1992, Pengantar Kimia Organik  dan Hayati, terjemahan dari Introduction to Organic dan Biological Bhemistry, oleh Staley, ITB, Bandung.
Achmadi, Suminar, 1993, Kimia Dasar, terjemahan dari General Chemistry, oleh Ralph H. Petrucci, Erlangga, Jakarta.
Tobing, Ringke.L, 1989, Kimia Organik Fisik, LPTK, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar