Lembaran pengesahan
GUGUS KARBONIL ALDEHID DAN KETON
Oleh :
KELOMPOK
X
Darussalam, Desember
2011
Asisten,
( )
ABSTRAK
Telah
dilakukan percobaan dengan judul gugus karbonil aldehid dan keton yang
bertujuan menentukan sifat-sifat gugus karbonil dari senyawa- senyawa golongan
aldehid dan keton. Perinsip kerja pada percobaan ini yaitu mengidentifikasi sifat-sifat reduksi dan
oksidasi aldehid dan keton menggunakan pereaksi tollens dan fehling. Dari data
pengamatan yang telah dilakukan formaldehid direduksi dengan pereaksi tollens
membentuk endapan perak, sedangkan aseton direduksi dengan pereaksi tollens
menghasilkan cermin perak, formaldehid direduksi dengan pereaksi fehling
menghasilkan endapan coklat keemasan, sedangakan aseton direduksi dengan
pereaksi fehling menghasilkan 2 lapisan warna yaitu bening dan biru. Dari
percobaan yang terlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa formaldehid memiliki
kemampuan mereduksi pereaksi tollens dan fehling lebih tinggi dibandingkan
aseton.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C=O.
Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah
gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Aldehid atau alkanal
merupakan turunan dari alkana yang mana satu atom H digantikan oleh -COOH. Senyawa ini mempunyai beberapa sifat
diantaranya sifat oksidator atau yang mampu mereduksi beberapa pereaksi,
diantaranya adalah pereaksi tollens, yang dibuat dari perak niterat dan
amoniak. Aldehid juga dapat mereduksi pereaksi fehling, yang dibuat dari
larutan CuSO4 dan K.Na tartarat yang ditambah larutan KOH atau NaOH. Aldehid
tersebut dioksidasi menjadi ion karboksilat, sementara ion Ag+ dalam reagensia
tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh terbentuknya
cermin perak pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Dan uji positif pereaksi fehling ditandai dengan terbentuknya
eendapan berwarna merah bata.
1.2
Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan
sifat-sifat gugus karbonil dari senyawa-senyawa golongan aldehid dan keton.
BAB
II
DASAR TEORI
Aldehid dan keton mengandung gugus
karbonil C=O. Jika kedua gugus yang
menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu
dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hydrogen,
senyawa tersebut termasuk golongan aldehida. Oksidasi parsial dari alcohol
menghasilkan aldehid (oksidasi lanjitnya menghasilkan asam karboksilat).
Formaldehida, suatu gas tak berwaarna, mudah larut dalam air. Larutan 40%
didalam air di namakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan
jaringan. Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil
(titik didih 65˚C) dan mudah terbkar. Aseton adalah pelarut
yang baik untuk melarutkan senyawa-senyawa organic, banyak digunakan
sebagai pelarut pernis, lak, dan pelastik. Salah satu membuatan aseton
adalah melalui dehidrasi isopropyl
alcohol dengan bantuan katalis tembaga (Suminar, 1993).
Cara menamai
aldehid dan keton sama dengan menamai alcohol. Dalam system IUPAC, sekali lagi
mana diturunkan dari hidrokarbon dalam tantar karbon terpanjang yang mengandung
gugus aldehid. Akhiran nama hidrokarbon itu diubah dari –a menjadi –al
(aldehid). Untuk keton nama hidrokarbon , induknya diubah menjadi –on (keton).
Rantai karbon dinomori sedmikian rupa sehingga gugus karbonil terdapat nomor
terendah. Gugus karbonil bersifat polar, karena atom oksigen lebih
elektronigatif ketimbang atom karbon (Suminar, 1992).
Aldehid dan
keton yang dilarutkan dalam air dapat
membentuk hidrat (yang disebut gem-diol) dan mengadakan keseimbangan. Meskipun
tetapan keseimbangan hidarsi untuk sebagian senyawa karbnil sangat kecil, namun
kesetimbangan di antara aldehid dan keton dengan hidratnya berlangsung sangat
cepat. Hidrasi aldehid atau keton dikataliskan oleh asam atau basa. Katalis
basa dalam hal ini berfungsi untuk melakukan deprotonasi dari air dan
menghasilkan ion hidroksida yang sifatnya lebih nukleofilik. Katalis asam
melibatkan ikatan hidrogen atau protonasi pada oksigen-karbonil sehingga
mengakibatkan gugus karbonil itu menjadi elektrofil yang lebih reaktif (Tobing,
1989).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan yaitu tabung
reaksi beserta raknya, pembakar gas atau lampu spritus, erlenmayer, gelas
kimia, erlenmayer penyaring, corong, tutup gabus dan perangkat percobaan titik
lebur.
Bahan yang digunakan yaitu formaldehid, asetaldehid,
benzalpeknol, Larutan NaCl, Na2CO3 10%, HCl encer, NaHSO3,
aseton, semikarbazida, Na.asetat, furfural sikloheksana, fenil hidrozin, asam
asetat glasial dan carbon, pereaksi fehllip, pereaksi tollens.
3.2 Konstanta
Fisik
Bahan
|
BM (gram/mol)
|
Td
(0C)
|
Tl
(0C)
|
Tinjauan Keamanan
|
formaldehid
|
30,8
|
|
-19,5
|
iritasi
|
asetaldehid
|
44,65
|
-123
|
21
|
Mudah
terbakar
|
Larutan
NaCl
|
58,59
|
80,4
|
141,3
|
racun
|
Na2CO3
|
2,53
|
815
|
-
|
Iritasi
mata dan kulit
|
HCl
|
45,95
|
3,84
|
21,34
|
Iritasi
|
aseton
|
58
|
-94
|
56,5
|
Mudah
terbakar
|
3.3 Cara Kerja
1. Reduksi Tollens
Formaldehid (2 ml) ditambahkan
dengan 1 ml pereaksi tollens dan dipanaskan. Diamati warna pada dinding tabung
reaksi bagian bawahnya. Diulangi cara kerja tersebut dengan menggantikan
formaldehid dengan aseton.
2. Reduksi
Fehling
Cara nomor 1 diulang dengan
menggantikan pereaksi tollens dengan pereaksi fehling.
3. Reaksi NaHSO3
Dalam erlenmayer 125ml dimasukan
10ml larutan Na.bisulfit jenuh dan ditambahkan perlahan-lahan larutan 5ml
benzaldehid. Dikocok larutan dan setelah beberapa menit ditambahkan 50ml
etanol, dikocok, lalu dimasukan erlenmayer tersebut ke dalam campuran NaCl dan
es. Dikumpulkan kristal yang terjadi dengan saringan pemisah, dicuci dengan
etanol dan kemudian dicuci dengan eter, kemudian dibiarkan kering. Diambil
sedikit kristal lalu ditambahkan 5ml natrium karbonat 10 % dan dipanaskan,
catat baunya. Diulangi cara kerja dengan 5ml HCl encer, diuji baunya.
4. Semibarbazon
Dalam tabung reaksi larutan 1 gram
semikarbazida dan 1,5 gram Na.asetat dalam 10ml air. Ditambahkan 1ml
benzaldehid, ditutup tabung dengan gabus, dikocok baik-baik. Dibiarkan campuran
dengan sekali dikocok. Kalau perlu didinginkan dengan penangas es agar kristal
cepat terjadi. Disaringlah kristal, dicuci dengan air dingin sedikit, lalu dikeringkan
dengan udara. Ditentukan titik leburnya. Diulangi percobaan dengan aseton.
BAB
IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
No
|
Reaksi
|
Pengamatan
|
1
|
Reduksi
tollens
a.
Formaldehid +
pereaksi tolens
b.
Aseton
+ pereaksi
|
Warna
larutan menjadi dan terdapat endapan perak
Warna pada dinding tabung menjadi
perak, seperti cermin perak.
|
2
|
Reduksi
fehling
a.
Formaldehid +
pereaksi fehling
b.
Aseton
+ pereaksi fehling
|
Terbentuk
endapan coklat keemasan dan warna endapan merah bata.
Tetap
terbentuk 2 warna, bening diatas dan biru dibagian bawah
|
4.2 Pembahasan
Oksidasi merupakn proses pelepasan
elektron dan reduksi merupakan prosese penerimaan electron. Pada percobaan ini,
pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi tollens dan pereaksi fehling. Pereaksi
Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3
dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila
tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel
pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi
Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak. Sedangkan Larutan Fehling merupakan
larutan yang mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks dengan ion tartrat
dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion
tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.
Pada
uji reduksi tollens, aldehid (formaldehid) dengan pereaksi tollens menghasilkan
endapan perak (bongkahan) dengan larutan
berwarna bening. Sedankan keton (aseton) dengan pereaksi tollens menghasilkan
terbentuknya endapan perak berwarna abu-abu yang melekat pada dinding bagian
dalam tabung (cermin perak). Menandakan bahwa kemampuan aldehid (formaldehid)
mereduksi lebih besar dibandingkan dengan keton (aseton).
Pada uji reduksi fehling,
aldehid (formaldehid) dengan pereaksi
fehling dan dipanaskan menghasilkan endpan berwarna coklat keemasan dengan
larutan berwarna merah bata, sedangkan keton (aseton) dengan pereaksi fehling
dan dipanaskan menghasilkan 2 lapisan
warna yaitu biru dan bening. Hal ini menandakan bahwasannya kemampuan aldehid
(formaldehid)mereduksi lebih besar dibandingkan kemanpuan keton (aseton)
mereduksi.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
berikut :
1.
Formaldehid
direduksi dengan pereaksi tollens menghasilkan endapan (bongkahan) perak, sedangkan aseton direduksi
dengan pereaksi tollens menghasilkan cermin perak.
2.
Formaldehid
direduksi dengan pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna coklat keemasan, sedangkan
aseton tetap membentuk 2 lapisan bening dan biru
3.
Kemampuan
mereduksi aseton lebih kecil dibandingkan formaldehid.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar, 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, terjemahan dari Introduction to Organic dan Biological Bhemistry,
oleh Staley, ITB, Bandung.
Achmadi, Suminar, 1993, Kimia Dasar, terjemahan dari General Chemistry, oleh Ralph H.
Petrucci, Erlangga, Jakarta.
Tobing, Ringke.L, 1989, Kimia Organik Fisik, LPTK, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar