Rabu, 09 Oktober 2013

Sahabat



Sahabat

Sahabat itu tidak sempurna,
tapi melengkapi ketidaksempurnaan..

Yap, sahabat ibarat modal usaha, ia tidak memberi jaminan bahagia, tapi menutupi kerugian. Sahabat berada dalam posisi midfielder dalam istilah sepakbola sebagai penyeimbang permainan. #beda sama wasit!!  sahabat berada di tengah-tengah antara bahagia dan derita. Seperti gue sama sahabat gue yang setia, kita dekat dengan derita dan tidak jauh dengan bahagia. Kita ditengah,. Gue, bukan manusia yang hidup seperti bocah basah kuyup saat kehujanan, yang bisa tertawa lepas karena hidup tanpa masalah, iyaaa… masalah!! begitulah hidup, selalu diterpa oleh masalah, sepertinya masalah terlalu agresif untuk  dihindari. ”Hadapi” saja. gue pikir, itu kata yang tepat untuk menyelesaikannya. Tapi, seperti yang gue bilang tadi… masalah terlalu agresif untuk di hindari, kadang, gue bisa menyelesaikannya sendiri dan terkadang tidak !  kadang gue menyerah, namun sahabat yang mengajari gue cara berdiri untuk membendung masalah itu. Kadang juga sahabat  menyerah bersama dengan gue dalam menghadapi masalah.  Kadang juga ia yang berdiri saat kaki gue tidak mampu menopang tubuh ini untuk meredam ke”agresif”an masalah. #dia gendong gue..
Tuhan memang menciptakan manusia secara berpasangan, tapi pasangan gue kan belum nyata, masih buram. Dan gue yakin, Tuhan memberikan sahabat untuk gue, supaya gue nggak kesepian tanpa pasangan. Tapi ada juga sebagian manusia yang endingnya menjadikan sahabatnya sebagai pasangan, itu sih “dalem” banget menurut gue, secara sahabat gue kebanyakan cowok. #malumalu #dibakarmassa. dan gue punya sahabat cowok yang multifungsi, ya dia temen gue sejak kuliah. Gue nggak tau gimana ceritanya ni anak bisa akrab sama gue, secara kita tuh ya beda marga, dia marga “situmorang” dan gue “situbuyung”. #apalahini?  Beberapa orang menyebut kami pacaran (homo), ini nggak bisa dibiarkan.!! Tapi, itu nggak bener dong ya, soalnya kami berdua machonya selangit, dia berjenggot dan gue ber’jenglot’. Gue menyebutnya multifungsi karna dia bisa merubah segalanya, misalnya saat gue lagi kelaperan, dia bisa berubah jadi bakso sapi yang cukup dimakan selama seminggu. Kalo lagi sama-sama galau atau punya masalah asmara ecek-ecek, biasanya kita berbagi (duit). Memang agak feminim sih, tapi itulah arti persahabatan, membuat segalanya terlihat gila, lalu menertawakan kegilaan itu dan kamipun masuk rumah sakit jiwa!! Yap, begitulah kami, dua manusia yang mengikat diri dalam persahabatan, bukan per-homo-an oke. Banyak hal yang kami lewati bersama, ada hal buruk dan tidak sedikit juga yang indah…dua hal bertolak belakang itu seakan sejalan saat kami mengenangnya, tidak ada cerita sedih, mungkin muka kami terlalu canggung untuk ekspresi itu atau mungkin Tuhan cukup mengerti dengan kami yang tidak sanggup bertahan jika terlalu larut dalam kesedihan, sehingga Tuhan dengan adilnya meminimalisir kesedihan dengan mendatangkan sahabat, yah walaupun agak jelek sih. J 
I’m my friend. Mungkin slogan seperti ini terdengar kayak suara kentut yang pales, tapi begitulah adanya, orang dapat menilai kita dari siapa sahabat kita. Misalnya, kalo kita punya sahabat preman yang tatonya sampe ke lobang idung, nah orang bakal nganggap kita jahat atau suka kekerasan (bukan suka yang keras-keras). Tapi anehnya Kalo sahabat kita cakep, orang enggak akan mengangap kita cakep juga. Malahan kita jadi tambah jelek kalo lagi jalan sama dia. Soalnya tampang kita bisa mendongkrak level kecakepannya dia. Kek gue yang slalu mendongkrak kecakepan sahabat gue. Gue benar-benar sahabat yang baik. #lain apa lah dibilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar