Sahabat
Sahabat
itu tidak sempurna,
tapi
melengkapi ketidaksempurnaan..
Yap, sahabat ibarat
modal usaha, ia tidak memberi jaminan bahagia, tapi menutupi kerugian. Sahabat
berada dalam posisi midfielder dalam
istilah sepakbola sebagai penyeimbang permainan. #beda sama wasit!! sahabat berada di tengah-tengah antara bahagia
dan derita. Seperti gue sama sahabat gue yang setia, kita dekat dengan derita
dan tidak jauh dengan bahagia. Kita ditengah,. Gue, bukan manusia yang hidup
seperti bocah basah kuyup saat kehujanan, yang bisa tertawa lepas karena hidup tanpa
masalah, iyaaa… masalah!! begitulah hidup, selalu diterpa oleh masalah,
sepertinya masalah terlalu agresif untuk
dihindari. ”Hadapi” saja. gue pikir, itu kata yang tepat untuk
menyelesaikannya. Tapi, seperti yang gue bilang tadi… masalah terlalu agresif
untuk di hindari, kadang, gue bisa menyelesaikannya sendiri dan terkadang tidak
! kadang gue menyerah, namun sahabat
yang mengajari gue cara berdiri untuk membendung masalah itu. Kadang juga
sahabat menyerah bersama dengan gue
dalam menghadapi masalah. Kadang juga ia
yang berdiri saat kaki gue tidak mampu menopang tubuh ini untuk meredam
ke”agresif”an masalah. #dia gendong gue..
Tuhan memang
menciptakan manusia secara berpasangan, tapi pasangan gue kan belum nyata,
masih buram. Dan gue yakin, Tuhan memberikan sahabat untuk gue, supaya gue
nggak kesepian tanpa pasangan. Tapi ada juga sebagian manusia yang endingnya
menjadikan sahabatnya sebagai pasangan, itu sih “dalem” banget menurut gue,
secara sahabat gue kebanyakan cowok. #malumalu #dibakarmassa. dan gue punya
sahabat cowok yang multifungsi, ya dia temen gue sejak kuliah. Gue nggak tau
gimana ceritanya ni anak bisa akrab sama gue, secara kita tuh ya beda marga,
dia marga “situmorang” dan gue “situbuyung”. #apalahini? Beberapa orang menyebut kami pacaran (homo),
ini nggak bisa dibiarkan.!! Tapi, itu nggak bener dong ya, soalnya kami berdua
machonya selangit, dia berjenggot dan gue ber’jenglot’. Gue menyebutnya
multifungsi karna dia bisa merubah segalanya, misalnya saat gue lagi kelaperan,
dia bisa berubah jadi bakso sapi yang cukup dimakan selama seminggu. Kalo lagi
sama-sama galau atau punya masalah asmara ecek-ecek, biasanya kita berbagi
(duit). Memang agak feminim sih, tapi itulah arti persahabatan, membuat
segalanya terlihat gila, lalu menertawakan kegilaan itu dan kamipun masuk rumah
sakit jiwa!! Yap, begitulah kami, dua manusia yang mengikat diri dalam
persahabatan, bukan per-homo-an oke. Banyak hal yang kami lewati bersama, ada
hal buruk dan tidak sedikit juga yang indah…dua hal bertolak belakang itu
seakan sejalan saat kami mengenangnya, tidak ada cerita sedih, mungkin muka
kami terlalu canggung untuk ekspresi itu atau mungkin Tuhan cukup mengerti
dengan kami yang tidak sanggup bertahan jika terlalu larut dalam kesedihan,
sehingga Tuhan dengan adilnya meminimalisir kesedihan dengan mendatangkan
sahabat, yah walaupun agak jelek sih. J
I’m
my friend.
Mungkin slogan seperti ini terdengar kayak suara kentut yang pales, tapi
begitulah adanya, orang dapat menilai kita dari siapa sahabat kita. Misalnya,
kalo kita punya sahabat preman yang tatonya sampe ke lobang idung, nah orang
bakal nganggap kita jahat atau suka kekerasan (bukan suka yang keras-keras). Tapi
anehnya Kalo sahabat kita cakep, orang enggak akan mengangap kita cakep juga.
Malahan kita jadi tambah jelek kalo lagi jalan sama dia. Soalnya tampang kita
bisa mendongkrak level kecakepannya dia. Kek gue yang slalu mendongkrak
kecakepan sahabat gue. Gue benar-benar sahabat yang baik. #lain apa lah
dibilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar