Lembaran
pengesahan
PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK
Oleh :
KELOMPOK X
Darussalam, Desember 2011
Asisten,
( )
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Pemurnian Senyawa Organik”
dengan tujuan untuk menentukan pemurnian campuran senyawa organik dengan
berbagai teknik pemurnian, yaitu dengan cara ekstraksi dengan perbandingan
warna, ekstraksi dengan cara titrasi dan sublimasi. Prinsip kerja dari
percobaan ini yaitu didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur. Didapatkan bahwa larutan yang berbeda massa
jenis tidak akan bercampur atau homogen seperti larutan resorsinol, FeCl3
dan eter. Pada percobaan ini dilakukan tiga cara dalam melakukan pemurnian,
yaitu ekstraksi dengan perbandingan warna, titrasi dan juga sublimasi sehingga
didapat hasilnya melalui perubahan warna, konsentrasi, dan juga titik lelehnya
yaitu pada suhu 45oC.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Senyawa organik sering dijumpai dalam keadaan tidak
murni atau dalam keadaan campuran. Hal ini sering kali terjadi pada pengerjaan
isolasi suatu senyawa organik. Pemurnian banyak dilakukan dengan berbagai cara
tergantung sifat senyawa yang akan dimurnikan. Jenis-jenis pemurnian tersebut
antara lain ekstraksi yang dilanjutkan dengan isolasi dan akhirnya akan
dimurnikan dengan cara kristalisasi atau kromatografi lapis tipis serta
preparatif. Teknik-teknik lain untuk pemurnian dapat dilakukan dengan beberapa
cara lain distilasi dan sublimasi. Sublimasi adalah proses pemurnian
berdasarkan sifat senyawa yang dapat berubah dari keadaan padat langsung
menjadi gas.
Ekstraksi pelarut
merupakan metode pemisahan yang paling sempurna. Pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasrkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap yaitu
pembentukan kompleks, distribusi dari kompleks yang tereksitasi, dan
interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
1.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk pemurnian
campuran senyawa organik dengan berbagai teknik pemurnian.
BAB
II
DASAR
TEORI
Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan yang paling
sempurna. Pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Proses ekstraksi pelarut
berlangsung tiga tahap yaitu pembentukan kompleks, tidak bermuatan distribusi
dari kompleks yang tereksitasi, dan interaksinya yang mungkin dalam fase
organik (Saptaharjo, 2003).
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dimana
suatu larutan dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua. Pemisahannya
bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah. Senyawa ionik tidak bisa
mengekstraksi kedalam pelarut organik dari larutan air karena akan menimbulkan
kehilangan energi solvasi elektrostatik yang besar. Kromatografi didefinisikan
terutama sebagai proses pemisahan. Campuran yang bersifat atau yang ada
hakekatnya molekuler kromatografi bergantung pada pembagian ulang
molekul-molekul campuran antara dua fasa atau lebih (Pudjaatmaka, 1994).
Tekanan uap komponen murni suatu larutan ideal biasanya
berbeda dan karena alasan ini maka larutan akan memiliki komposisi berbeda
dengan fasa uapnya yang berkesetimbangan dengannya. Teknik pemisahan campuran
kedalam komponen. Komponen murninya destilasi bertingkat yakni proses yang
komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan dihembuskan. Suatu cairan
dapat diuapkan dengan berbagai cara yang paling mudah mendidihnya sampai semua
menguap dan komposisi akhirnya akan sama dengan cairan asalnya. Campuran
mendidih pada suatu kisaran tertentu (Achmadi, 2001).
BAB III
PROSEDUR
PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
buret, corong pisah, cincin besi, statif dan klem, gelas kimia, erlenmayer,
kaca arloji, pembakar spritus, cawan penguap, batang pengaduk dan termometer.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan
resorsinol, larutan besi ( III ) klorida, eter, asam asetat glacial, larutan
natrium hidroksida, indikator fenolptalein, naftalena, arang aktif dan aquades.
3.2
Konstanta Fisik
Bahan
|
BM
(gram/mol)
|
Td
(0C)
|
Tl
(0C)
|
Tinjauan Keamanan
|
|
H2O
|
18
|
100
|
0
|
Aman
|
|
FeCl3
|
162
|
350
|
306
|
Beracun
|
|
NaOH
|
40
|
139
|
3184
|
Gtal-gatal
pada kulit
|
3.3
Skema Kerja
- Ekstraksi Dengan Perbandingan Warna
10 mL larutan
resorsinol dimasukan dalam corong pisah, ditambahkan beberapa tetes FeCl3
lalu diamati perubahan. Ditambahkan kembali 5 mL eter lalu dikocok sampai
tebentuk dua lapisan, lalu dipisahkan kedua larutan dengan corong pisah,
dibandingkan warna larutan dengan sebelum diekstrak, dimasukan kembali 5 mL
eter dan dikocok dan bandingkan lagi warna nya.
- Ekstraksi Dengan Cara Titrasi
Larutan asam asetat (10 ml) yang
belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam erlenmayer dan ditentukan
kadarnya dengan mentiter menggunakan larutan standar natrium hidroksida 0,5 N.
Dimasukkan ke dalam erlenmayer 2 tetes fenolptalein sebagai indikator. Dihitung
konsentrasi asam asetat dengan menggunakan rumus V1N1=V2N2.
Setelah konsentrasi asam asetat diketahui dicatat hasilnya dan digunakan
sebagai konsentrasi pembanding. Sama dengan cara kerja diatas diambil 25 ml
larutan asam asetat yang sama dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan
5 ml eter, dikocok sambil membuka-buka tutupnya. Lapiasan larutan asam asetat
diambil dan diukur sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmayer dan
diberi 2 tetes indicator fenolptalein. Larutan tersebut dititer dengan larutan
standar natrium hidroksida 0,5 N. Dihitung konsentrasi asam asetat dan
dibandingkan konsentrasinya dengan asam asetat yang tidak diekstraksi.
BAB IV
DATA
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan yang diperoleh berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
No
|
Reasi
|
Pengamatan
|
1
|
Ekstraksi dengan
perbandingan warna
|
|
|
Larutan resorsinol
+ FeCl3 + eter
Terbentuk dua
lapisan :
-lapisan atas
-lapisan bawah diekstraksi + eter
|
warna larutannya
menjadi warna ungu pekat
Warna larutannya
mulai memudar, warna ungu pekatnya menjadi ungu pudar.
|
2
|
Ekstraksi dengan
cara titrasi
|
|
|
Percobaan I:
Larutan asam asetat + NaOH 0,5 N +
indicator fenolptalein
|
Didapat konsentrasi asam asetat:
Volume asam asetat x N asam asetat = Volume NaOH x
N.NaOH
|
|
Volume asam
asetat = 10 ml
Volume NaOH =
4,5 ml
N. NaOH = 0,5 N
Percobaan II:
Larutan asam
asetat + eter (dikocok)
Larutan asam
asetat + larutan fenolptalein + NaOH 0,5 N
|
10 ml x N = 4,5
ml x 0,5 N
10 x N = 2,25
N = 2,25 / 10
N = 0,225 N
(konsentrasi
pembanding)
Volume asam
asetat x N asam asetat = volume NaOH x N.NaOH
5
ml x N = 2,2 ml x 0,5 N
5 ml x N = 1,1
N = 1,1 / 5
N = 0,220 N
|
3
|
Sublimasi
|
|
|
Naftalena + arang
aktif (digerus)
Naftalena + arang
aktif
|
Meleleh pada
suhu 45oC
Kapasnya menjadi
basah
|
|
|
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pertama, larutan yang dicampurkan yaitu
larutan resorsinol ditambahkan dengan larutan FeCl3 yang kemudian
ditambahkan eter atau petrolium benzen lalu kemudian dikocok, warna yang terbentuk
menjadi ungu pekat dan terbentuk dua lapisan, lapisan atas dan lapisan bawah,
lapisan bawahnya di ekstraksi dengan
menambahkan eter (petrolium benzen), maka didapat hasilnya berwarna ungu
yang tidak lagi pekat atau ungu pudar.
Pada percobaan ini, resorsinol digunakan sebagai sampel.
Resorsinol merupakan suatu larutan polar yang mempunyai nama lain yaitu
benzenadiol. Penggunaan FeCl3 dilakukan untuk memurnikan dengan cara
ekstraksi, setelah larutan resorsinol ditambahkan dengan FeCl3
terjadilah perubahan warna menjadi ungu. Lalu dimasukkan eter, yang berfungsi
sebagai pelarut untuk menarik pengotor yang ada didalam larutan resorsinol murni
pada lapisan bawah, dan lapisan atas berupa campuran dari eter dan FeCl3. Hal
ini disebabkan karena masa jenis FeCl3 dan eter lebih kecil
dibandingkan dengan larutan resorsinol dan eter itu sendiri bersifat non polar.
Hal ini juga bisa dikarenakan perbedaan densitas atau masa jenis dan kepolaran
suatu larutan. Dari larutan yang telah membentuk dua lapisan tersebut kita
harus membandingkan warnanya.
Pada percobaan kedua yaitu ekstraksi dengan cara
titrasi, kita harus mencari konsentrasi dari larutan asam asestat yang kemudian
digunakan sebagai pembanding dengan konsentrasi larutan asam asetat yang tidak
diekstraksi. hasilnya didapat konsentrasi pembanding asam asetat yaitu 0,225 N
dan konsentrasi kedua lebih kecil daripada konsentrasi pertamanya yaitu 0,220
N.
Pada percobaan ketiga yaitu tentang sublimasi, pada
percobaan ini digunakan naftalena yang bersifat non polar. Kemudian ditambahkan
krokoal atau arang aktif yang berfungsi sebagai penyerap. Kemudian campuran
tersebut ditutup dengan kaca arloji yang diletakkan kapas basah diatasnya,
fungsinya sebagai kondensor serta untuk menahan supaya tidak keluar, sehingga
mempercepat proses penguapan. Dari uap-uap yang dihasilkan terbentuklah
kristal. Dari pembentukan kristal ini, maka kita dapat menentukan titik
leburnya. Titik leburnya yaitu pada suhu 45oC.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
a.
Pemurnian senyawa organik dapat
dilakukan dengan ekstraksi dan
sublimasi.
b.
Dari uji ekstraksi dengan
perbandingan warna, terbentuk lapisan berupa campuran dari FeCl3 dan
campuran resorsinol murni di lapisan bawahnya yang disebabkan karena masa jenis
FeCl3 dan eter lebih kecil dibandingkan dengan larutan resorsinol.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmadi, Suminar, 2001, Prinsip-Prinsip
Kimia Modern, terjemahan dari
Principles of Modern Chemistry, oleh Oxtoby, Erlangga,
Jakarta.
Pudjaatmaka, 1994, Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik, terjemahan dari Vogel
Text Book of Quantitative Inorganic Analysist Including
Elementary
Instrumental, oleh J.Bassel, EGG, Erlangga, Jakarta.
Saptoraharjo, 2003, Konsep
Dasar Kimia Analitik, terjemahan dari Basic Concept
of Analytical Chemistry oleh Sm. Khopkar Ul. Press,
Jakarta.
LAMPIRAN I
Penentuan
konsentrasi pada percobaan 2 :
Diketahui :
Larutan asam
asetat, volumenya = 10 ml
Volume NaOH = 4,5 ml
N. NaOH =
0,5 N
Ditanya :
N. Asam Asetat?
Jawab :
V.Asam asetat x N.Asam Asetat = V. NaOH x N. NaOH
N. Asam Asetat?
Jawab :
V.Asam asetat x N.Asam Asetat = V. NaOH x N. NaOH
10 ml x
N = 4,5 ml x
0,5 N
N =
2,25 : 10
N =
0,225 N (Konsentrasi Pembanding)
Diketahui :
Larutan Asam Asetat, volumenya = 5 ml
Larutan Asam Asetat, volumenya = 5 ml
Volume NaOH = 2,2 ml
N.NaOH = 0,5 N
Ditanya :
N. Asam Asetat?
N. Asam Asetat?
V.Asam asetat x
N.Asam Asetat = V. NaOH x N. NaOH
5 ml x
N = 2,2 ml x
0,5 N
N =
1,1 : 0,5
N =
0,220 N
Konsentrasi kedua
lebih kecil daripada konsentrasi pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar